Frist Day of Boarding School

Di sini aku mau cerita tentang pengalaman pertama ku masuk ke Pesantren. 

Jadi pada tahun ajaran baru (2022-2023), sekolah ku di rencananya akan "Boarding School" dan yang men jadi generation pertama untuk sistem Boarding School ini adalah angkatan setelahku, dan pada tahun ini pula aku naik ke kelas 11 IPA. 

Pada bulan Juni tanggal 14 tahun 2022 ayah ku mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai pakerja sambilan. Tanggal 18 July 2022 ayah mulai merintis usaha milik pribadi di bidang trapis bersama dengan teman nya. 

Nah di sinilah awal kisah ku bermulai...

Jika kalian bertanya "Apa Motivasi ku untuk mondok?" Jawaban ku adalah ibu, ya karena ibu lah salah satu pelopor utama ku untuk pergi mondok. 

 Sebetulnya sejak pertama masuk Mts Ibu menginginkan aku untuk mondok juga. Namun, pada saat itu aku masih merasa belum siap, sehingga ibu membiarkan ku untuk hanya sekolah saja. 

Hingga... Suatu hari aku lulus Mts ibu menyuruh ku untuk pergi melanjutkan sekolah di sekolah yang sama ketika aku Mts. Jujur, jika bukan karena ibu yang menyuruh ku untuk sekolah lagi di sana. Aku ingin sekali bersekolah di SMA elite yang letak nya tidak begitu jauh dari rumah, dan masih bisa terjangkau dengan berjalan kaki saja. Yah, tapi di sisi lain aku berusaha memikirkan kembali tentang situasi perekonomian keluarga ku yang sedang turun drastis. Dan ku rasa untuk saat ini, aku belum mampu untuk masuk ke sekolah elite dan satu satunya peluang besar yang terbuka untuk ku saat ini adalah masuk kembali ke SMA yang masih satu atap dengan sekolah Mts ku dulu.

Oh iya, aku juga pernah mendapat kutipan dari guru BK ku sewaktu kami di bimbing untuk menentukan arah tujuan sekolah dan jurusan. Hari itu beliau berkata seperti ini "Jika kalian ingin melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, pilih lah sekolah yang mana sekolah tersebut berpeluang besar bagi kalian, yang kalian rasa mampu untuk bersaing di akademik maupun non-akademiknya. Dan jika bisa cari juga sekolah yang murah, tetapi fasilitas nya sudah bagus, tempatnya juga nyaman. Hal itu bertujuan agar kalian itu tidak terlalu membebani orang tua dengan biaya sekolah yang mahal. Karena menurut pengalaman bapak, terutama dari teman bapak sendiri, sekolah yang mahal belum tentu menjamin ke suksesan. Jika sekolah yang murah tetapi fasilitas nya sudah bagus dan ada peluang kamu untuk sukses di sana, Why not, kamu tidak bersekolah di sekolah itu saja" 

Beliau juga memberikan saran jika kita masuk ke sekolah Mts di salah satu sekolah. Nah di sekolah itu pula terdapat sekolah SMA nya. Dari pada sehabis lulus kita masih bingung mau lanjut ke sekolah mana dan ngambil jurusan apa, kenapa kita engga lanjut ke sekolah itu lagi saja. 

Menurut beliau, hal ini bertujuan agar kita tidak perlu melakukan adaptasi dengan lingkungan sekolah lagi. Karena beliau menilai waktu adaptasi dengan lingkungan sekolah itu membutuhkan waktu yang agak lama bagi sebagian orang, dan karena waktu adaptasi yang lama inilah seseorang terkadang menyulitkan kita untuk berprestasi, karena kita terlalu sibuk untuk fokus beradaptasi. 

Hmm... Mungkin kah di antara kalian ada yang sependapat? Klo aku sih, So.. pasti yes. Karena akulah salah satu orang yang memakan waktu lama untuk beradaptasi tersebut :D

Dari sanalah aku berfikir mungkin ya potensi ku untuk bersaing dan berpeluang besar bisa jadi di sekolah ku yang sekarang, karena jika aku melanjutkan studi ku lagi ke sini, reward yang akan aku dapat di antaranya :

1. Aku engga perlu beradaptasi lagi, karena aku sudah terbiasa di lingkungan sekolah, aku juga udah kenal hampir seluruh guru-guru yang ada di sini beserta staff nya

2. Aku mendapat tunjangan beasiswa alumni sebesar 3.000.000 dari sekolah, itu berarti biaya untuk aku lanjut ke SMA lebih murah dan pas dengan keadaan ekonomi keluarga ku sekarang

3. Adanya peluang untuk aku bisa berprestasi

4. Fasilitas sekolah ku sudah lumayan oke, gurunya juga yang paling juara

5. Aku masih bisa menyempatkan waktu untuk belajar ilmu agama

And finally, aku memutuskan kan lanjut sekolah lagi di sana, dan alhamdulillah pada semester pertama kelas X berjalan dengan lancar dan aku meraih peringkat juara ke 3 besar di kelas. Dan pada semester II kelas X aku naik peringkat menjadi juara ke 2.

Oh tiiiddaaakkk.....

Kok aku jadi cerita awal mula kelas sepuluh >~<

Tapi engga papa kali aja kalian bisa mendapat referensi dari cerita ku di atas (≡^∇^≡)

Oke lanjut ke pembahasan utama kita "First Day Of Boarding School"

16 July 2022 tepatnya sudah sekitar satu minggu lebih ayah mulai mengembangkan bisnis nya. Ya... seperti yang kalian tahu, mengembangkan bisnis itu susah apalagi untuk pemula. Setiap kita ingin memulai sesuatu, pasti akan selalu ada yang jadi korban nya. Entah itu waktu, uang, maupun keluarga kita sendiri. Begitu pula ayahku, yang rela merantau jauh dari rumah demi keberlangsungan hidup dan masa depan anak-anaknya. Tak lupa juga ibu, yang selalu siap sedia mendukung dan mendampingi di setiap usaha suaminya. Sudah sepatutnya kita juga sebagai anak men support usaha yang di lakukan oleh ke dua orang tua kita, karena ujungnya itu juga demi kebaikan kita sendiri. 

So, ceritanya di sini ibuku ingin pergi mendampingi ayah untuk merantau, tapi di sisi lain ada aku dan adikku yang masih harus melanjutkan sekolah di kota di mana tempat ku tinggal. 

Yah... Namanya juga "Nasi sudah menjadi bubur", semua nya sudah terlanjur o(╥﹏╥)

Al-hasil aku dan adikku di bujuk oleh ibu untuk pergi dan tinggal di pesantren sampai kami tamat sekolah. 

Ah iya, aku lupa bilang, selisih umur ku dan adikku hanya berjarak 3 tahun. Jadi begitu aku masuk kelas 11 adikku masuk kelas 8 Mts dan kita sekolah di sekolah yang sama (❁´◡`❁)

27 July 2022 ini adalah hari pertama aku masuk ke pesantren. Di hari itu, adalah hari pertama aku merasa jadi anak buangan dan merasa tidak di pedulikan, canda deng.. 

Jadi hari itu merupakan hari dimana semua bekal ku untuk ke pesantren di siapkan secara mendadak. Karena pada awalnya kan aku emang engga niat mau di ke pesantren kan. Ya, seperti pepatah yang bilang "Jika kamu tidak melakukan perubahan pada diri mu (dalam hal positif) maka suatu hari waktu yang akan memaksa mu untuk berubah. Maka ubahlah sesuatu yang di rasa kurang bermanfaat untuk diri mu sebelum waktu yang membuat mu berubah"

Di waktu itu juga ibu di desak oleh ayah untuk segera berangkat menyusul ayah pergi merantau. 

Jujur aku masih agak merasa berat berpisah dari ibu terutama adikku yang harus berpisah dengan sahabat baiknya. Belum lagi di hari itu adalah pertama kalinya jadwal sekolah mulai berjalan kembali setelah satu minggu tertunda dengan acara MPLS (Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah) serta acara Haol wafatnya pendiri pondok yang ke 1 tahun pada tanggal 17 July 2022 atau bertepatan dengan 18 Dzulhijjah 1443 H

***

Pagi itu sekitar jam 06.00 aku berangkat terlebih dahulu bersama kakak ke tiga ku ke sekolah dengan membawa perlengkapan untuk aku tinggal di pondok. 

Sesampainya di sekolah kaka ku memarkirkan motor nya di depan masjid yang berjarak sekitar 4 meter dari gerbang masuk. Kaka ku lalu menurunkan semua barang bawaan ku di sana. 

Setelah kaka ku pergi, aku pun duduk di depan halaman masjid sambil menunggu kakaku kembali ke sekolah bersamaan dengan adekku. 

Tepat di dekat gerbang itu ada  beberapa teman ku dan kaka kelas ku yang sedang menjaga gerbang (anggota OSIS) dan salah satu teman ku, "sebut saja namanya Sela" menghampiriku yang tengah terduduk. 

"Tari, kamu ngapain duduk di sini?" tanya nya

"Ini aku lagi nunggu kakak ku sama adek ku" jawab ku

"Terus barang-barang ini mau di bawa kemana? " wajahnya menunjukkan ekspresi heran

"Mau aku bawa ke pondok! Kan hari ini aku resmi masuk pondok" 

"Ouh, jadi kamu mau mondok sekarang Tar? Sama adek kamu? "

"Iya"

Tiba-tiba teman ku yang bernama Amel dan kaka kelas ku teh Lia datang

"Tari kamu kemana bawa barang sebanyak ini?" Tanya teh Lia

Lalu, Sela membantuku menjawab pertanyaan dari teh Lia "Katanya dia mau ke pondok sekarang teh"

Teh Lia menunjukkan ekspresi terkejut "Tar, kamu serius mau mondok sekarang?"

"Iya teh" Jawab ku singkat

Tak lama kemudian kaka ke tiga dan adikku datang dengan membawa perlengkapan pondok adekku, lalu kaka ku menyuruh ku untuk konfirmasi kepada pengurus pondok, dan meminta mereka untuk membantu ku membereskan barang-barang yang ku bawa. Namun naas, tak satu pun dari mereka yang dapat ku ajak bicara, kebanyakan dari mereka hanya memperhatikan sambil diam dengan raut wajah yang penuh tanda tanya. 

Pada saat itu aku hampir nangis, karena aku ngerasa engga ada satupun orang yang peduli bahkan berinisiatif untuk membantu, kebanyakan hanya memperhatikan dan sekedar bertanya. Itulah hari pertama aku ngerasa tidak ada siapa pun yang perduli

Akhirnya aku berinisiatif bertanya kepada guru, yang kebetulan ia adalah anak dari pengurus yayasan, sekaligus penanggung jawab pondok santri Putri namanya bu Lasri. Kebetulan waktu itu ia sedang berdiri di lapangan atas dan tengah sibuk menghukum siswa siswi yang telat. Aku berjalan menghampiri ibu Lasri dan menjabat tangan nya. Akupun segera mengutarakan maksud

"Emm.. maaf Bu izin bertanya, kan hari ini Tari masuk ke pondok, jadi Tari pengen tanya bu klo untuk barang-barangnya itu nanti di simpan di mana ya bu? Soalnya Tari takut aja pas sekarang sekolah barang nya ada yang ngambil" 

"Ouh, udah aja barang-barang teh Tari simpen dulu saja di ruang BK nanti minta bantuan sama pengurus pondok laki-laki, terus entar bilangin juga ke pengurus pondok perempuan buat bantu bawa barang-barang teh Tari ke pondok ya" Jawab bu Lasri ramah

Akupun segera memindahkan barang-barang ku ke ruang BK sendirian. Setelah selesai memindahkan barang-barang, aku pun melanjutkan aktivitas sekolah seperti biasa. 

Singkat cerita, setelah bel pulang berbunyi, aku meminta bantuan besty ku Ria, untuk membantu ku membawakan barang-barang ku ke pondok. Untung nya hari itu ia lagi masuk ke sekolah(。>‿‿<。 )


Komentar

Postingan Populer