Pulang Lagi!?
Setelah kembali ke pondok pada tanggal 23 Agustus 2022. Aku mulai beraktivitas sebagaimana biasa nya, walaupun ku rasa badan ku masih terasa lemas dan belum pulih sepenuhnya. Di ke esokan hari nya aku bersekolah seperti biasa. Namun pada malam hari pukul 21.05 sepulang dari shalat berjamaah, aku mulai kambuh lagi. Kepala ku mulai terasa pusing, dan nafas ku terasa sesak kembali. Teman-teman ku pun akhirnya menyarankan ku untuk tidak ikut kepengajian dan menyuruh ku untuk beristirahat.
Keesokan paginya, sakit ku ternyata masih belum sembuh walaupun semalam aku meminum obat. Jadi waktu itu aku izin tidak bersekolah. Di hari Kamis ini aku masih terlihat seperti orang normal dan sakit ku masih di kategori kan belum parah beda hal nya pada saat hari Jum'at tiba.
Di pagi hari itu, teh Bila (alumni yang mengabdi) datang mengecek orang yang sakit menggantikan bu Lasri.
"Teh Bi..laa" Ucapku dengan suara yang agak serak
Teh Bila langsung menghampiri ku yang tengah berbaring
"Iya kenapaTar? " Ucapnya
"Bisa minta tolong engga? " aku sedikit ragu dan menunjukkan ekspresi memohon
"Iya mau minta tolong apa? " jawab teh Bila
"Emm... Itu," Aku menjeda karena masih ragu "Boleh minta tolong WA in orang tua ku, tolong bilang ke mereka aku sakit lagi. Aku pengen di jemput" Kata ku dengan raut sedih
Teh Bila kaget mendengar ucapan ku "Lho bukannya kemarin Tari baru pulang dari rumah, kok sekarang mau pulang lagi?"
"Itu karena sesak ku kambuh lagi teh, aku takut kalo nanti aku kambuh, aku takut entar di sini engga ada siapa siapa. Aku juga takut nanti kalo penyakit ku sering kambuh, aku takut ngerepotin teman-teman ku yang lain" tanpa sadar air mata ku mulai keluar
teh Bila segera menyeka airmata ku dan bilang "Atuh nya sawios, (Enggak papa) Tar. Itukan sudah kewajiban mereka sesama teman apalagi kan mereka udah jadi Qodim (lama) dan lagi kalo misalnya kamu pengen ngabarin ke orang tua mu buat ngejemput teteh harus izin dulu ke ibu, soalnya itu di luar tanggungjawab teteh"
Akupun menunjukkan wajah kecewa
"Hmm atau gini aja deh, teteh kan sekarang harus ke sekolah. Nah, entar klo teteh di sekolah papasan sama ibu, entar teteh yang bilang ke ibu soal kamu yang pengen pulang. Tapi teteh engga ngejamin kamu buat bisa pulang Tar, soalnya itu s3mua tergantung sama keputusan dari ibu" bujuk teh Bila
Aku hanya memangut pasrah dan mengiyakan nya saja. Jujur aku kecewa, tapi ya mau gimana lagi ╥﹏╥
Tepat nya pada sekitar jam 09.45 aku mulai merasa sangat sesak, kepala ku sangat sakit, tangan ku juga tidak bisa di gerakkan (stroke ringan) tapi aneh nya gejala ini hanya sebentar. Beberapa saat kemudian tangan ku kembali bisa di gerakkan hanya saja kepala ku yang masih terasa sakit.
Jam menunjukkan pukul 11.35 itu tandanya teman-teman ku pulang dari sekolah. Saat mereka tiba di gurfah keadaan ku masih bisa di katakan normal untuk beberapa saat dan aku kembali kejang-kejang. Sontak semua teman ku yang sedang beristirahat saat itu kaget.
Mereka segera memposisikan tidur ku dengannya bantal kepala yang agak di tinggi kan. Mereka juga mengoleskan minyak kayu putih di sekitar kaki, tangan dan tenggorokan. Tapi saat mereka hendak mengoleskan minyak kayu putih di tangan ku, aku menjerit kesakitan sebab waktu itu tangan ku tidak bisa kembali di gerakkan. Disa salah satu teman ku menyarankan kepada teman ku yang lain untuk mengoleskan bawang merah dengan minyak ke kuku tangan ku supaya tangan ku bisa do gerakkan. Akan tetapi, waktu itu di gurfah tidak ada bawang merah dan minyak goreng. Lalu mereka pun membeli bawang dan minyak goreng kemasan 1000. Setelah bawang dan minyak tersedia mereka segera mengoleskan bawang merah yang telah di celupkan kepada minyak ke kuku ku.
Setelah di olesi bawang itu aku mulai agak mendingan hanya saja sehabis di olesi bawang itu bau dari bawang nya tercium dan itu membuat ku tidak nyaman belum lagi bau khas bawang itu bercampur dengan bau minyak kayu putih.
"Teh Hilda" Aku memanggil Hilda yang sedang berada di samping ku.
"Iya kenapa Tar? " Hilda menjawab
"Bisa minta tolong bantu aku buat minta izin ke ibu engga, aku pengen pulang" pinta ku
Hilda terkejut "Bukan nya kemarin kamu habis pulang ya Tar? kok sekarang pengen pulang lagi" Ucapnya
"Habis nya aku takut, aku takut klo sakit ku kambuh lagi kalian lagi engga ada di sini"
Hilda tiba-tiba memotong "Gimana maksudnya ini? orang kita juga engga kemana mana kan, tiap hari kita juga ada di sini"
"Engga, maksud ku aku takut ketika kalian lagi sekolah atau ngaji, aku takut pada saat itu tiba-tiba aku kambuh lagi. Dan aku takut jika saat itu di sini memang tidak ada siapa-siapa."
Hilda menyimak dengan seksama
"Aku takut engga bisa minta bantuan. Tadi juga pas waktu kalian lagi di sekolah aku kambuh, dan kebetulan di sini engga ada siapa siapa. Aku takut jika nanti itu ke ulang" jelas ku
"Iya aku ngerti tapi itu di luar tanggung jawab ku Tar. Coba deh kamu bilangnya ke Rini dia kan seksi kesehatan. Soalnya setahu ku kalau kita pengen izin pulang pas sakit itu kita izin nya ke seksi kesehatan. Entar seksi kesehatan yang menyampaikan ke ibu"
Jam menunjukkan pukul 12.00 itu tandanya adzan dzuhur akan berkumandang. Tak lama setelah adzan Dzuhur berkumandang, Dewi menghampiri ku dan mengajakku untuk mengambil wudhu. Akupun segera di bantu Dewi untuk di tatih. Saat menuju perjalanan ke Wc di sana kebetulan banyak kaka kelas, dan adek kelas yang sedang mengantri di Wc. Mereka yang ku temui saat itu satu persatu menyemangati ku dan bilang "Syafakillah ya teh" Jujur itu kenikmatan tersendiri buat ku ketika sedang berada di pondok.
Ya, siapa sih yang engga seneng ketika ia sakit terus di kasih semangat sambil di do'a in kayak gtu
Setelah sholat Dzuhur Rini menghampiri ku dia setelah itu dia bilang ke pada ku soal aku yang hendak pulang
Kata ibu, aku sementara tidak diizinkan untuk pulang sekarang karena hari sudah hampir larut. Kemudian aku di suruh menunggu sampai besok ketika ada rapat orang tua wali santri datang untuk rapat.
Mendengar hal itu dari Rini, aku seketika tertegun karena aku takut jika pada saat besok rapat itu di hadiri oleh kaka pertama ku, secara dia kan punya anak kecil, dia juga pasti kesekolah nya itu naik angkutan umum, karena suami kaka ku itu tidak mungkin mengantarkan pakei motor karena belum lama ini motor nya kan lagi rusak.
Aku lalu meminta Rini untuk dimintai izin lagi ke ibu, aku bilang ke Rini, supaya untuk saat ini aku pulang ke rumah saudara ku saja.
Mendengar itu Rini kembali lagi ke menghampiri ibu, mencoba meminta izin lagi padanya. Akhirnya ibu mengizin kan.
Singkat cerita aku di antar kan oleh Rere dan Rini menuju rumah saudara ku. Namun, sayangnya pada saat aku sampai di rumah saudara ku ternyata saudara ku itu sudah lama pergi ke Jakarta dan di rumah nya itu kosong.
Aku sempat murung waktu itu, tapi Rere menyarankan ku untuk menyarankan ku untuk memesan ojek untuk pulang. Kami pun berangkat menuju pangkalan ojek. Saat hampir tiba di pangkalan ojek di tengah jalan. Tepat nya di seberang jembatan, kami melihat segerombolan santri putra pondok lain sedang bergumul di bawah tangga dekat jembatan. Rini dan Rere menyuruh ku untuk diam terlebih dahulu. Mereka berdua lalu menyebrang ke jembatan itu dan memanggil tukang ojek yang ada di seberang jalan. Akupun pulang ke rumah diantar oleh ojek.
Ketika sampai di kampung tempat ku tinggal aku meminta tukang ojek itu untuk memberhentikan ku di sebuah gang. Tetapi karena melihat keadaan ku yang kurang sehat tukang ojek itu menyarankan ku untuk di antar sampai depan rumah. Aku pun menyetujuinya dan aku akhirnya di antar tukang ojek itu sampai depan rumah.
Komentar
Posting Komentar